Merdeka.com – Siapapun yang berniat sukses, pasti selalu ada jalan. Tak terkecuali bagi Yan Hendry yang telah menjadi Direktur Solusi dan Bisnis Pos Logistik. Dia mengibaratkan jalan yang ditempuhnya bagaikan mercusuar yang diterpa ombak.

Memang keluarga Yan bisa dibilang berkecukupan. Ayahnya pelaut yang bergaji relatif besar.

“Ekonomi mungkin sangat cukup tapi mereka mendidik saya untuk mandiri,” kata Direktur Solusi dan Bisnis Pos Logisitik Yan Hendry di kampus Paramadina, Jakarta, Rabu (18/3).

Untuk membuktikan kemandiriannya kepada keluarga, Yan kecil bekerja paruh waktu.

“Saya cuma lakuin apa yang bisa lakuin. Saya naroin brosur dibayar Rp 12.500 per hari, drop ke kompleks-kompleks. Saya mulai kerja sampai SMP. Kuliah sambil jualan rokok keliling. Saya gitu dulu,” tandasnya.

Orangtuanya pun tak malu. “Dukung asal halal,” ucap lelaki berusia 34 tahun ini.

Setelah lulus jurusan IT dari Perbanas, lelaki berkacamata ini juga merintis karier dari bawah sebagai karyawan data entry. Kerja keras membuat kariernya melesat cepat, sampai jabatan strategis di perusahaan logistik asing didapat.

“Di Global Logistics diangkat kepala cabang di usia 25,” sambung ayah satu puteri ini.

Tapi takdir membawanya berjumpa dengan Billy Boen, pendiri komunitas Young on Top. Dia pun gamang dan bertanya apa yang sudah dilakukan untuk Indonesia?

“Saya datang dari swasta. Saya ditanya mas ke BUMN enggak ngeri? Saya katakan kalau harus ngorbanin apa yang saya punya dan bisa berkontribusi. I will pay the price! Untuk Indonesia lebih baik. For better Indonesia,” katanya mantap.

Padahal saat itu, dia nyaris menjadi direktur utama di perusahaan logistik asing. Beruntung sang istri mendukung meski gajinya menurun nyaris 50 persen.

“Saya tinggalin kenyamanan bukan karena satu emosi. Kalau enggak ada alasan nasionalis gue enggak akan turun ke sini (Pos Logistik),” tutupnya tegas.

Sumber : m.merdeka.com