Kelapa sawit atau Elaeis adalah tumbuhan yang sering digunakan untuk usaha pertanian komersial dalam produksi minyak kelapa sawit. Kelapa sawit Afrika atau Elaeis guineensis  adalah sumber utama minyak kelapa sawit. Kelapa Sawit Amerika atau Elaeis oleifera adalah tanaman asli Amerika Selatan yang juga dipergunakan sebagai bahan baku utama pembuatan minyak sawit. 

Kehadiran  kelapa sawit  justru menghijaukan kembali sosial, ekonomi dan ekologi wilayah Kalimantan yang rusak akibat logging pada masa sebelumnya. Berkembangnya kebun sawit, menarik perkembangan sektor ekonomi lain yang jauh lebih luas dan cepat menciptakan multi manfaat yang memacu pusat pertumbuhan ekonomi bari Kalimantan. Saat ini pertumbuhan ekonomi yang berbasis kebun kelapa sawit banyak berkembang di Kalimantan tengah, timur, selatan dan barat. Pulau Borneo adalah salah satu pusat perhatian masyarakat dan dunia karena Pulau Kalimantan terdapat hutan lindung dan konservasi satwa liar yang terlindungi. 

 

Sejarah

Sawit pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1848 oleh Dr D.T Pryce dari Afrika untuk menjadi koleksi untuk Kebun Raya Bogor. Benih ini kemudian tersebar sebagai tanaman hias ke Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Maluku. 

Kondisi iklim dan geografis indonesia membuat sawit tumbuh dengan baik. Tahun 1878 perusahaan Belanda bernama Deli Maatschappij mencoba membudidayakan kelapa sawit di distrik Deli, Sumatera Utara. Kemudian tahun 1911 seorang pengusaha Belgia bernama Adrien Hallet mendirikan perkebunan sawit pertama yang terletak pada pantai Timur Sumatera dan Aceh. Karena perkembangan yang pesat tahun 1920 sudah ada 34 perusahaan sawit yang beroperasi. 

Hasil ekspor sawit Indonesia kala itu mampu mengalahkan dominasi Afrika. Namun pada masa penjajahan Jepang, produktivitas dan luas lahan sawit menurut drastis. Tahun 1984-1949, produksi minyak sawit hanya mencapai 56 ribu ton Tahun 1950 an produksi minyak sawit melejit menjadi sekitar 200 Ton.

Memasuki Orde Baru, pemerintah mendorong ekspansi lahan kebun sawit dalam rangka mendorong pembangunan dan penciptaan lapangan kerja. Hingga tahun 1980 luas lahan telah mencapai 290 ribu Ha dengan produktivitas mencapai 720 ribu ton. Hal ini tertuang oleh kebijakan melalui program PIR (Perkebunan Inti Rakyat). 

 

Era Logging dan Degradasi Wilayah

Penebangan Hutan (Logging) yang kemudian berlanjut dengan konversi eks loging menjadi penggunaan non hutan, adalah fenomena yang normal, kerap kali terjadi pada negara pada awal pembangunannya. Dengan meningkatnya kebutuhan lahan bagi pembangunan dan pemukiman maka konversi hutan menjadi non hutan sampai batas tertentu merupakan pilihan yang rasional. 

Meskipun Logging dan konversi hutan menjadi non hutan terjadi, Kalimantan masih tergolong relatif baik. Karena Indonesia dan Kalimantan tidak menghabiskan semua hutan primer termasuk penghuninya (Biodiversity). 

Sawit bukanlah pemicu dan pengguna utama konversi hutan menjadi non hutan. Dengan menelusuri asal-usul lahan kebun sawit Indonesia menyimpulkan bahwa ekspansi lahan kebun sawit bukan pemicu deforestasi Indonesia. Jutaan ton kayu setiap tahun keluar dari Kalimantan baik langsung ekspor maupun digunakan oleh masyarakat Indonesia. Kegiatan pembalakan hutan yang tak terkontrol waktu itu menghabiskan sekitar 18.5 Juta Ha hutan. Kegiatan logging masih terus berjalan hingga saat ini meskipun tak seintensif masa lalu. Hingga tahun 2013 konversi eks HPH menjadi lahan non hutan telah mencapai sekitar 27 juta Ha. Untuk menutup jejak pembalakan hutan tersebut pemerintah Orde Baru kala itu mengkonversi menjadi kawasan non hutan berupa lahan terlantar dan sebagian untuk daerah transmigrasi. 

 

Kebun Sawit Hijaukan Kembali Kalimantan


Saat era reformasi, melihat luasnya lahan terlantar tersebut, para Bupati dan Gubernur yang ada di Kalimantan secara proaktif mempromosikan dan mengundang investor untuk memanfaatkan eks HPH yang terlantar tersebut untuk sektor pembangunan termasuk sektor perkebunan. Salah satu sektor yang berkembang adalah memanfaatkan lahan tersebut sebagai kebun sawit.

Harga minyak sawit dunia mulai menguntungkan pada awal era reformasi membuat investasi kebun sawit menarik bagi investor. Hal ini terlihat dari peningkatan luas kebun sawit Kalimantan dar 844 ribu Ha tahun 2000 menjadi 3,6 Juta Ha tahun 2015 baik sawit rakyat, swasta hingga BUMN. Kebun sawit saat ini telah mampu memanfaatkan sekitar 13% dari sekitar 27 juta Ha lahan terlantar. Berbeda dengan logging, pengembangan sawit justru menanam pohon bukan menebang pohon. 

Masuknya investasi kebun sawit menambah pendapatan bagi perekonomian Kalimantan sehingga secara evolusioner menggerakkan roda ekonomi daerah Kalimantan. Berkembangnya kebun sawit menarik perkembangan sektor-sektor ekonomi lain yang lebih luas dan cepat serta menciptakan multi manfaat sosial ekonomi dan ekologi. Perlahan lahan-lahan terlantar berubah menjadi hijau kebun sawit. Karbon dioksida yang terlepas pada masa logging telah kembali oleh kebun sawit dan menjadi oksigen, minyak sawit dan biomassa. 

Hutan sebagai paru-paru ekosistem yang hilang oleh logging kini tergantikan oleh paru-paru baru yakni kebun sawit. Kebun sawit telah dan sedang menghijaukan kembali ekonomi dan ekosistem Pulau Kalimantan. Proses reboisasi tersebut masih berlangsung secara berkelanjutan. Barak-barak logging yang dahulu kumuh berubah menjadi sentra pertumbuhan ekonomi pada pedalaman Kalimantan. Kebun sawit bersama-sama dengan sektor ekonomi lainnya yang berbasis pada sumber daya terbarui, menghijaukan kembali Pulau Kalimantan Pasca Logging. Menghijaukan secara sosial, ekonomi dan ekologis. 

Budidaya

Kelapa Sawit merupakan tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak masak. minyak industri maupun bahan bakar. Kelapa sawit ini memiliki peranan penting dalam industri minyak yaitu dapat menggantikan kelapa sebagai sumber bahan bakunya. Perkebunan Sawit menghasilkan keuntungan yang melimpah sehingga banyak hutan dan perkebunan lama terkonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Penyebaran kelapa sawit Indonesia terbilang sangat masif, karena sudah banyak sekali perkebunan sawit yang tersebar.

Karena minyak kelapa sawit mengandung banyak lemak jenuh daripada minyak yang terbuat dari kanola, jagung, biji rami, kacang kedelai hingga bunga matahari. Minyak kelapa sawit dapat tahan terhadap panas yang sangat ekstrem dan tahan  terhadap Oksidasi. Sawit tak mengandung lemak trans dan penggunaannya dalam makanan telah meningkat sebagai hukum pelabelan makanan yang telah mengubah dalam penentuan kandungan lemak trans. Minyak sawit juga bisa berguna sebagai biofuel.

Kelapa sawit terdiri dari 2 spesies E Guineensis dan E oleifera. Banyak petani yang sedang menyilangkan 2 spesies sawit ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan mudah panen. 

 

Multimanfaat Sawit

Hadirnya kebun sawit Kalimantan telah menimbulkan dampak yang sangat positif dalam aspek sosial, ekonomi dan ekologis antara lain:

  • Produksi Oksigen
  • Biomassa
  • Biomaterial
  • Kebutuhan pangan 
  • konversi tanah dan air
  • kesempatan kerja baru 
  • mengurangi kemiskinan
  • meningkatkan pendapatan petani
  • penghasil devisa bagi negara. 

Sedangkan manfaat sawit sendiri antara lain:

  • Bahan Baku Minyak Goreng

Kelapa sawit yang sudah bisa diolah akan segera dipanen oleh petani. Selanjutnya diproses menjadi minyak goreng. Bahan ini akan tercapur dengan bahan-bahan lain agar warnanya jernih. 

  • Campuran cat

Dalam pembuatan cat kelapa sawit bercampur dengan beberapa bahan aktif seperti pewarna, pengencer,  zat kimia dan lainnya untuk kesan awet. 

  • Campuran dalam Mentega

Penggunaan kelapa sawit dalam proses pembuatan mentega terbilang rumit karena melalui berbagai proses yang lama untuk pengentalan mentega. 

  • Sawit sebagai bahan baku oli dan pelumas

Oli pada dasarnya terbuat dari kelapa sawit sebagai bahan baku campuran agar memiliki sifat licin dan menjadi pelumas berkualitas. 

  • Bermanfaat untuk biodiesel

Sawit ternyata bisa bermanfaat untuk biodiesel atau bahan bakar diesel. Sehingga tak mengurangi konsumsi minyak bumi berlebih.

  • Sebagai bahan pembuatan Lotion

Minyak sawit tercampur berdasarkan formulasi dengan bahan kecantikan seperti serum atau vitamin. Sehingga sangat baik dalam menjaga kesehatan kulit tubuh manusia. 

Indonesia dengan sawit Kalimantan yang sangat melimpah, membuktikan bahwa Indonesia memiliki sumberdaya yang berpotensi. Mari kita bangun Indonesia dengan memanfaatkan komoditas dalam negeri!

Sumber

Wikipedia.com

Kompasiana.com

gapki.id

 

INILAH KOMODITAS UTAMA KABUPATEN FAKFAK, BIJI PALA