JawaPos.com – Pandemi Covid-19 membuat susah para pengusaha yang beraktivitas di Pelabuhan Tanjung Perak. Ada penurunan permintaan jasa bongkar muat barang selama pagebluk. Pengusaha khawatir berkurangnya order berdampak pada pendapatan 4.500 tenaga kerja bongkar muat (TKBM).

Penurunan permintaan jasa bongkar muat disampaikan Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pengusaha Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Jatim Kody Lamahayu. Dia mencontohkan berkurangnya jasa bongkar muat peti kemas.

’’Dari catatan, ada penurunan bongkar muat peti kemas hingga 20 persen. Dari 3.000 tweenty-foot equivalent units (TEUs) menjadi 2.400 TEUs,’’ ungkapnya di sela-sela pembagian ribuan APD untuk tenaga medis kemarin (15/4). Kegiatan di Kantor APBMI Jatim dihadiri perwakilan rumah sakit. Selain APD, ada sembako yang dibagikan untuk TKBM.

Kody menjelaskan, bukan hanya barang ekspor-impor yang turun. Permintaan untuk membongkar barang dalam negeri juga berkurang. Terutama barang-barang dari Indonesia Timur. Kody berharap perekonomian semakin tumbuh. Sebab, ada 4.500 TKBM yang amat bergantung pada aktivitas bongkar muat. ’’Tentunya, kami tak ingin ada PHK. Kami upayakan pekerja tetap bisa beraktivitas,’’ tuturnya.

Dia menyebutkan bahwa para TKBM rentan jadi korban Covid-19. Untuk itu, ada penerapan physical distancing di pelabuhan. Pekerja dibagi menjadi tiga sif. Selain itu, APBMI mendorong perusahaan mewajibkan pekerjanya memakai APD lengkap. Bukan sekadar masker, melainkan juga sarung tangan dan jaket.

’’Protokol kesehatan juga diterapkan saat bongkar muat. Peti kemas disemprot disinfektan,” jelasnya. Dia mengungkapkan, pengusaha juga bekerja sama dengan kantor kesehatan pelabuhan (KKP) dalam memantau kapal asing. Terutama kapal-kapal dari negara terjangkit Covid-19.

 

Sumber : JawaPos.com